Setelah jutaan tahun sejak terjadinya peristiwa “Ledakan besar” / Big Bang, barulah Tuhan berkehendak menciptakan makhluk untuk menghuni alam-alam semesta dan dunia / bumi. Maka pada kurun lampau sebelumnya para Malaikat telah ditakdirkan sebagai penghuni langit tinggi dikerajaan syorga-Nya (alam Malakut), sedangkan yang mendiami alam dunia pada alam Mulk (langit terdekat dan bumi) adalah dari bangsa Jin.
PENCIPTAAN JIN :
Mereka diciptakan untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan dan melaksanakan amal laku perbuatan yang telah di perintahkan oleh-Nya. Dalam unsur penciptaan Jin, maka disamping dianugerahi ‘aqal, Tuhan juga menyematkan 2 (dua) unsur nafs pengilhaman, yakni Nafs ketaatan dan Nafs kefasikan ke dalam jiwa Jin.
Nafs “Kefasikan (Ego)” ini berformat Az-Zulmun (sifat kegelapan materialistik). Mengapa? dikarenakan sebab bahwa,Kekuasaan dan Kehendak Tuhan dalam menciptakan Makhluk Jin ini disifati oleh Asma’-Af’al dan Shifat-nya (Silahkan pelajariAsma’ul Husna) :
Maka hakekat “Nafs Az-ZULMUN” akan diaplikasikan dalam bentuk “NAFS SYETANI”.
Syetan berasal dari kata Sayatin, yang bermakna: cenderung kearah menyimpang / berlawanan menjauhi nafs petunjuk, dan nafs Az-Zulmun merupakan pengejawantahan dari Kehendak Dzat-NYA Yang Maha Mutlak memberi Cahaya Petunjuk-Nya (Al-Hadiy), dan sekaligus Dia yang bersifat “Yang Maha Menyesatkan” (Al-Mudhil), yang secara rahasia berjalan bagai arus bolak balik circuit listrik, ganti berganti dalam menunjuki jalan lurus-Nya dan menghadirkan pilihan jalan kesesatan. (termasuk kedepannya nanti pada proses penciptaan manusia).
فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَہۡدِى مَن يَشَآءُۖ
(QS.35.Al-Fathir:8)
Maka, lorong jalan lurus-Nya dan lorong kesesatan terkoneksi melalui wahana pengilhaman didalam jiwa diri Jin dan Manusia, sehingga terdapat peluang mau memilih jalan kefasikan atau jalan ketaqwaan.
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَٮٰهَا
(QS.91.As-Syam:8)
Sepertinya untuk pertama kalinya Tuhan menyematkan 2 (dua) Nafs ini pada penciptaan makhluknya yakni pada Jin, karena sebelumnya 2 (dua) nafs ini disematkan oleh Tuhan secara terpisah pada penciptaan makhluk sebelumnya yakni pada Malaikat dan kemudian pada Hewan/binatang.
Jika Malaikat diciptakan hanya dengan Nafs Cahaya Ketaatan-Nya (Al-Hadiy), yang merupakan manifestasi dari Dzat-Nya yang AL-HADIY, tanpa disematkan Nafs Syetani. (begitulah mengapa Malaikat itu bersifat Tunduk, patuh tanpa reserve). Maka lain halnya pada penciptaan Hewan, Tuhan hanya menyematkan Nafs Zulmun (Insting keliaran/kebuasan). (Begitulah mengapa hewan itu bersifat buas, asal seruduk, asal hajar).
BERIKUT RIWAYAT JIN :
Pada masa zaman milyaran tahun lalu, sebelum ada manusia namun langit dan bumi telah tecipta dan telah dihuni makhluk tertua yakni parasit dan tumbuhan serta binatang. Maka Tuhan memulai menciptakan makhluk dari species Jin. Jika dikonversikan pada temuan saintis, sepertinya itu terjadi pada masa zaman Arkhaikum (Azhoikum) 2.5 milyard tahun lalu hingga zaman Paleozoikum-Mesozoikum-Neozoikum yakni pada masa-masa awal adanya kehidupan dibumi dari jenis binatang, tumbuhan termasuk bangsa Jin ini.
1. Bangsa AL-BINN :
Jin pertama diriwayatkan bernama Al-Binn ini diciptakan dari unsur gabungan Kilat (Al-Birquw) dan Angin (asap/mega).
Jika Malaikat tidak berkehidupan seperti manusia, maka Jin ini berkehidupan layaknya seperti manusia, (Tapi bukan species manusia), dan mereka berbagai rupa, ada laki-laki ada perempuan, melakukan perkawinan, mempunyai anak keturunan, memakan makanan untuk survive dan berkembang biak serta ada kematian diantara mereka. Mereka rata-rata memiliki umur yang panjang beratus-ratus tahun dengan populasinya yang sangat cepat, maka lama kelamaan bumi menjadi sesak dan sempit oleh makhluk Jin itu.
Pada awal-awal peradabannya, mereka sangat taat beribadah kepada Tuhannya. namun lama kelamaan karena persaingan hidup mereka saling dengki dan timbul persengketaan, terjadi rusuh, saling bertumpah darah, bunuh membunuh dan terjadi peperangan sehingga membuat keadaan di bumi tidak aman. Kemudian Alloh mengazab Jin-Jin yang telah ingkar itu dengan didatangkannya badai angin berapi yang sangat dahsyat yg menyapu dan membinasakan mereka, Sebagian mereka melarikan diri ke goa-goa dataran tinggi dan ke gunung gunung. Kemudian Tuhan mendatangkan balatentara dari makhluk jin lain penguasa lautan yang bernama AL-BANN untuk menyerang Jin bangsa Al-Binn tersebut yg masih tersisa, Dan bangsa Alban berbondong bondong menyerbu daratan dan memeranginya dan bangsa Al-Binn pun kalah dihabisi tanpa sisa.
Dalam satu riwayat, diantara keturunan jin bangsa Al-Binn yang selama kehidupannya menjalankan ibadah dan bertaqwa kepada Allah selama ribuan tahun di bumi. Kemudian setelah itu atas permohonannya kepada Allah maka mereka golongan Jin-jin yang beriman itu dipindahkan ia ke langit pertama sebagai kenaikan pangkat derajat keruhaniannya.
Maka dilangit pertama ini ia beribadat hingga 1000 tahun . Kemudian pindah lagi ke langit yang kedua, dilangit kedua ini ia beribadat sampai 1000 tahun dan seterusnya sampai kelangit yang ketujuh . jadi jumlah masanya ia beribadat dari mulai bumi sampai ke langit yang ketujuh ialah 8000 tahun. Maka atas berkah rahmat dan karunia Tuhan, golongan dari bangsa Al-Binn yang bertaqwa ini dinaikkan pangkatnya mendapat kehormatan mencapai posisi puncak/maqam “Al-Muqorrobuun” (Yang didekatkan), itulah derajat yang paling tinggi di sisi Allah.
Derajat mulia yang setara dengan golongan Malaikat. Bahkan dari golongan bangsa-bangsa Jin generasi berikutnya, yang bertaqwa dan yang telah mencapai maqam “Al- Muqorrobuun” dari sisi Allah, dikemudian hari ia diangkat menjadi Imam ibadat dan pemimpin-pemimpin batalyon para Malaikat-malaikat yang berada di langit. Itulah yg disebut sebagai makhluk diluar Malaikat tetapi berderajat Malaikat, termasuk bagi insan manusia yang selalu taat dan taqwa kpd Tuhannya, maka akan dapat mencapai posisi yg mulia ini.
2. BANGSA AL-BANN :
Setelah sisa-sisa Jin bangsa Al-Binn yang durhaka dan kafir dimusnahkan, maka kemudian Jin bangsa Al-bann yang tadinya penguasa lautan raya ini menggantikan kekuasaan bangsa Al-Binn di muka bumi. Sama dengan Jin sebelumnya, maka bangsa Al-bann ini jg berkehidupan layaknya seperti manusia, berbagai rupa, ada laki-laki ada perempuan, butuh kawin,punya anak butuh makan dan berkembang biak. Memiliki umur yang panjang beratus-ratus tahun, populasinya juga sangat cepat, maka lama kelamaan bumi menjadi sesak dan sempit oleh makhluk Jin itu.
Pada awal-awal masa kemenangannya berperang dan memusnahkan bangsa Al-Binn, mereka hidup sangat taat beribadah kepada Tuhannya. namun lama kelamaan karena persaingan hidup mereka sangat rakus dan saling dengki dan timbul persengketaan diantara mereka.Terjadi rusuh, saling bertumpah darah, bunuh membunuh dan terjadi peperangan sehingga membuat keadaan dibumi kacau kembali. Kemudian bumi mengadu kepada Alloh bhw ia keberatan tanahnya selalu dikotori dengan pertumpahan darah makhluk-Nya dan selalu membuat kerusakan.
Maka kemudian Alloh mendatangkan makhluk Jin lain bernama AL-JANN yg tercipta dari bahan api, dan kemudian memerangi Jin Al-bann tsb hingga Bangsa Alban kalah dan musnah. (Sama dengan riwayat sebelumnya, diantara keturunan jin bangsa Al-Bann yang selama kehidupannya menjalankan ibadah dan bertaqwa kepada Allah selama ribuan tahun di bumi . Maka mereka golongan Jin-jin yang beriman itu dipindahkan ke langit pertama sebagai kenaikan pangkat derajat keruhaniannya, kemudian pindah lagi ke langit yang kedua, dan seterusnya hingga kelangit yang tujuh .Dan mereka melaksanakan ibadat selama ribuan tahun tahun .Kemudian, golongan dari bangsa Al-Bann yg bertaqwa ini pun mendapat kehormatan mencapai posisi puncak/maqam “Al-Muqorrobuun” (Yang didekatkan), itulah derajat yang paling tinggi di sisi-Nya.
3. BANGSA AL-JANN :
Setelah sisa-sisa Jin bangsa Al-Bann yang durhaka dan kafir ini dimusnahkan oleh bangsa Al-Jann, Maka kemudian Alloh mendatangkan makhluk lain dari bangsa Jin bernama AL-JANN yang tercipta dari bahan api, dan kemudian Al-jann menguasai bumi untuk kesekian kali.Jin Aljan ini juga makhluk yang pada masa awalnya selalu beribadah dan taat menyembah pada Alloh Ta’ala, yang juga berkehidupan layaknya seperti manusia, berbagai rupa, ada laki-laki ada perempuan, butuh kawin, punya anak butuh makan dan berkembang biak.Lama kelaman memenuhi bumi daratan dan saling bersengketa saling bunuh membunuh hingga peperangan besar yg membuat bumi kembali rusuh tidak aman terjadinya kerusakan dimuka bumi. Kembali Al-Jann kafir lagi terhadap Tuhannya,
4. BANGSA NAHABIR DAN NAHAMIR.
Setelah seluruh bangsa-bangsa Jin yang menguasai bumi yang akhirnya selalu berakhir durhaka pada Tuhannya, maka kali yang terakhir Dia menjadikan bangsa Jin bernama Nahabir dan Nahamir untuk menguasai bumi menggantikan Al-Jann.Riwayat dan nasibnya sama dengan makhluk-makhluk bangsa Jin sebelumnya yakni, Selalu berakhir dengan kesesatan dankedurhakaan. Maka kali ini Tuhan membinasakan generasi AL-JANN, NAHABIR DAN NAHAMIR dengan memerintahkan bala tentara malaikat, hingga peradaban Al-jann, NAHABIR DAN NAHAMIR musnah dihabisi malaikat.
(Sama dengan riwayat sebelumnya, diantara keturunan jin bangsa AL JANN, NAHABIR DAN NAHAMIR yang selama kehidupannya menjalankan ibadah dan bertaqwa kepada Allah selama ribuan tahun di bumi . Maka mereka golongan Jin-jin yang beriman itu dipindahkan ke langit pertama sebagai kenaikan pangkat derajat keruhaniannya, kemudian pindah lagi ke langit yang kedua, dan seterusnya hingga kelangit yang tujuh .Dan mereka melaksanakan ibadat selama ribuan tahun.
Kemudian, golongan dari bangsa AL-JANN, NAHABIR DAN NAHAMIR yang bertaqwa ini pun mendapat kehormatan mencapai posisi puncak/maqam “Al-Muqorrobuun” (Yang didekatkan), itulah derajat yang paling tinggi di sisi-Nya.
Pada akhirnya bumi kosong tak berpenghuni makhluk yang disematkan 2 (dua) unsur Nafs itu, selama jutaan tahun, (disebut bumi mati/kosong dlm keadaan rusak porak poranda bekas azab dari langit akibat kedurhakaan makhluk-makhluk penghuninya masa silam) Maka, pada masa stagnan itu,Tuhan berkehendak menghidupkan kembali bumi dari matinya/kosongnya.
وَٱللَّهُ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَآۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَسۡمَعُونَ
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”. (QS.16. An Nahl:65)
Ayat senada pada (QS. 30. Ar Ruum:24).
وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَيُحۡىِۦ بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَآۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَعۡقِلُونَ
“…….dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya”.
Perhatikan kalimat “Wayunazzilu minassyama’I ma’an fayuhyi bihil ardho ba’da mautihaa…”
Maka ayat-ayat ini bermulti tafsir/ganda, tidak hanya pada zaman sekarang ketika terjadi kemarau,tetapi juga yang bermakna sebagai bumi yg pernah mati, artinya tidak ada kehidupan diatasnya karena sesuatu bencana yg memusnahkan makhluk diatasnya. Maka keadaan bumi yang mati/kosong itu kemudian sampai pada masa zaman Pleistosen sejak 6 jutaan tahun lalu hingga sekitar 1.808.000 tahun yang lalu, (Zaman Dynosaur), see at:
MakaTuhan menghidupkan bumi kembali sesudah matinya itu untuk dihuni species hewan raksasa dan buas seperti species Dynosaurus, tersebut dsb.. Untuk kemudian menjelang diciptakannya Manusia pertama, sepertinya Tuhan telah mempersiapkan alam dunia (bumi) sebagai hunian bagi Adam dan keturunannya, maka kemudian bumi itu “dibersihkan” dari specis binatang buas, yakni dengan terjadinya hujan meteor yang menghanguskan daratan bumi dan memusnahkan seluruh hewan-hewan besar dan buas tersebut karena Tuhan berkehendak menciptakan makhluk species baru bernama “Al-Insan” atau manusia, sang Khalifah baru di muka bumi dalam masa tak lama lagi.
ASAL USUL IBLIS
Setelah panggung kehidupan dunia yang telah dimainkan oleh para wayang-Nya, (baca:makhluk-makhluk Jin bangsa Al-Binn, Al-Bann, Al-Jann, Nahabir dan Nahamir tersebut berakhir dengan realitas sangat membuat kekecewaan dan kemurkaan Rabb Tuhan Sang Pencipta). Maka suatu ketika di singgasana kerajaan keagungan-Nya, di markas besar Lauhul Mahfuz Raya, Tuhan dengan segala kebesaran dan kekuasaan-Nya memanggil dan mengumpulkan semua “punggawa, Hulubalang, abdi dalem dan para Penembahan Senapati-Nya”, (baca: Para Malaikat dan para hamba Al-Muqarrabbin, yakni para bangsa golongan Jin Al-Binn, Al-Bann, Al-Jann, Nahabir dan Nahamir,yang telah mencapai pangkat tertinggi sebagai “Para Komando” dari barisan-barisan Malaikat). Dengan pandangan yang menembus tajam pada para abdi-Nya yang hadir dalam keadaan sangat Khidmat dan hening, kemudian Allah Ta’ala berseru dengan firman-Nya :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan kembali makhluk penguasa (seorang khalifah) di muka bumi.”
Para Malaikat terperangah dan penuh kekagetan, kemudian mereka berkata :
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Alloh Ta’ala pun berfirman kembali, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Transkrip rekaman ini terabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah [2]: 30.
Kemudian, Tuhan pun segera memerintahkan para Malaikat untuk segera memproses penciptaan makhluk baru jenis Manusia yang prothotype nya dari bahan tanah liat (Thin dari tanah Thurab), kisah selanjutnya insya Alloh para sahabat sudah paham semua, tak perlu diurai kembali.
Saat proses penciptaan, demikian pula Tuhan menyematkan 2 (dua) unsur Nafs, yakni Nafs Kefasikan dan Nafs Ketaqwaan, sama seperti saat penciptaan bangsa Jin dahulu.Setelah proses sempurna, dan ditiupkannyalah Ruh, maka terciptalah Adam dengan bentuk yang rupawan.Pada moment berikutnya, Tuhan memerintahkan para Malaikat untuk sujud pada Adam sebagai penghormatan.
Maka sontak seluruh barisan para Malaikat yg berjumlah beribu-ribu itu runduk sujud penuh khidmat dihadapan Adam diiringi gemuruh yang menggema ke seluruh penjuru singgasana Lauhul Mahfuz Raya. Namun ada pemandangan aneh, yakni justru pada barisan pemimpin para Komando Malaikat itu sendiri yang tidak melakukan sujud dihadapan Adam, bahkan mereka masih dalam posisi berdiri menengok barisan ke belakangnya dengan pandangan “melongo”, menyaksikan anak buahnya semua dari golongan asli Malaikat yang dalam posisi telah runduk rendah ke tanah sejajar dengan kakinya.
Para Komando Malaikat itu adalah golongan Al-Muqarrabin yang diketuai oleh IZZAZIL, (yang riwayatnya berasal dari bangsa Jin yang paling taat beribadah dahulu, seperti telah diriwayatkan diatas).
Malaikat golongan Al-Muqarrabin yang tidak sujud ini justru berpikir karena tingkat ketaqwaannya selama ini terpatri hanya tunduk kepada penyembahan terhadap Tuhannya saja, tidak menyembah tuhan yang lain selain Allah Ta’ala. Saat itulah nafs kefasikannya dominan meliputi qalbu mereka sehingga menjadikan nafs syetani yang ada didalam qulb mereka menjelma. Kemudian nafs syetani tersebut diaplikasikan dalam bentuk syetan “was was”, (QS.114.An-Naas:4-6), yang mulai bekerja dengan cara yang sangat halus, yakni dengan melambungkan alam pikir bahwa perkara ini adalah dianggap sebagai cobaan, serta berpikir bahwa Tuhan akan memuji tindakannya. (Cara kerja nafs syetani inilah yang juga berlaku pada manusia). Sehingga mereka tak menyadari bahwa di dalam qalbunya mulai tumbuh benih-benih ujub,yakni sifat “merasa dan merasa bahwa tingkatan maqamnya lebih mulia dari Adam yang hanya diciptakan dari bahan tanah liat…”
Disitulah letak kunci rahasianya “Nafs Kefasikan” yang tersemat didalam qalbunya bekerja tanpa sadar.semakin lama semakin menari-nari riang menyumbat jalur “Nafs Ketaqwaannya/Nafs Al-Muthmainnah”. Sehingga signal-signal Hidayah/petunjuk yang harusnya dapat datang dari pancaran Dzat-Nya yang Al-Hadiy menjadi mampat bahkan terputus.
Maka tak heran akhirnya yang keluar dari mulut Malaikat golongan Al-Muqarrabbin ini adalah sebuah kalimat “PENOLAKAN”, Yakni ketika Alloh Ta’ala menghardiknya :
“Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” (QS. 15. Al Hijr:32),
Malaikat golongan Al-Muqarrabbin yang menolak sujud itu menjawab :
“Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (QS. 17. Al Israa’:61).
Maka menyaksikan realitas itu, murkalah Tuhan dan sejak ketika itu malaikat Al-Muqarrabbin ini mendapat predikat/cap sebagai “IBLIS”, (yang bermakna putus / terlepas / tanggal dari kebaikan, kemuliaan dan maqam tertingginya), menjadi sebagai “ABLASA”, yang bermakna putus / terlepas dari maqamnya / rahmat-Nya sebagai Al-Muqarrabbin, karena “MEMBANGKANG PERINTAH-NYA” (QS.20. Thaahaa:116).
Baik, dengan demikian kini kita sudah paham IBLIS itu siapa, maka kisah berikutnya sudah jelas mereka diusir dari singgasana kerajaan-Nya dan dikutuk di bumi dengan membawa dendam kesumat pada Adam dan seluruh anak keturunannya dan akan menyesatkan umat manusia semuanya.
Maka, demikianlah Iblis dan anak keturunannya ini telah jatuh ke dalam kutukan sebagai makhluk penyesat yang menguasai nafs-nafs kefasikan yang ada didalam jiwa diri jin dan manusia dengan mendalangi, mempelopori, memprovokatori dan membujuk (bisik-bisik) untuk mengajak melakukan perbuatan ingkar pada Tuhannya. Maka ketika berhasil usahanya, menjadilah para pelakunya sebagai syetan dan perbuatannya disebut laku perbuatan SYETAN. Maka jenis syetan itu adalah syetan Jin dan syetan Manusia.
PERBEDAAN IBLIS, SYETAN, JIN DAN MANUSIA :
Penjabarannya sebagai berikut :
1. IBLIS adalah julukan oknum pembangkang /otak pelaku keingkaran dari bangsa Jin yang dahulu pernah mendapat kedudukan/karier puncak ketaqwaan sebagai Al-Muqarrabien di sisi Allah Ta’ala. Adapun Iblis terambil dari kata Al-Ablasa yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan sedikitpun (man la khaira ‘indah), atau terambil dari kata Ablasa yang berarti putus asa dan bingung (yaisa wa tahayyara).
2. SYETAN adalah merupakan makhluk sifat yang muncul /menjelma dari An-Nafs Az-Zulmun,yang berasal dari jiwa pengilhaman kefasikan (Nafs Kefasikan).
Syetan dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti : “Ba’uda” (jauh, yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran).
Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang dari jenis Jin dan Manusia.(kullu ‘aat wa mutamarrid).
Dilihat dari struktur kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan merupakan bentuk kalimat isim ‘alam (nama sesuatu). dia adalah laqab (gelar) yang diberikan Allah kepada setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang membangkang terhadap perintah Allah. Oleh karenanya penyebutan syaitan (setan) dapat dikenakan kepada jin dan manusia.
Untuk memahami syetan, satu prinsip yang harus di pahami yakni : Jin / iblis itu makhluk dan setan itu sifat. Karena setan itu sifat, maka dia melekat pada makhluk dan bukan berdiri sendiri. Setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan :
الشيطان في لغة العرب يطلق على كل عاد متمرد
“Setan dalam bahasa Arab digunakan untuk menyebut setiap makhluk yang menentang dan membangkang.” (Alamul Jinni was Syayathin, Hal. 16).
Dinamakan setan, dari kata; syutun (Arab: شطون) yang artinya jauh. Karena setan dijauhkan dari rahmat Allah. (Al-Mu’jam Al-Wasith, kata: الشيطان)
Karena setan itu sifat maka kata ini bisa melekat pada diri manusia dan jin. Sebagaimana penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ada setan dari golongan jin dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, setelah menjelaskan sifat-sifat setan,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“(setan yang membisikkan itu) dari golongan jin dan mausia.” (QS. An-Nas: 6).
3. JIN adalah makhluk beraqal selain dari manusia yang berbahan api, yang dapat berubah menjadi Syetan.
Secara bahasa Jin artinya : “Yang tersembunyi, terhalang, tertutup”. Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann) karena ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga) karena akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang.